SOKOGURU – Pertanyaan tentang prediksi harga emas selalu menjadi topik hangat di kalangan investor dan masyarakat Indonesia.
Di tahun 2025, isu emas tembus Rp2 juta per gram semakin ramai diperbincangkan. Channel YouTube d’Gold Father membedah secara detail kemungkinan tercapainya harga tersebut, lengkap dengan analisis data dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas global dan nasional.
“Setelah sekian lama mendalami emas, saya selalu menyimpulkan satu hal: tambah sekeping lagi. Tapi karena banyak yang bertanya, kali ini saya akan bahas prediksi harga emas Rp2 juta per gram di 2025,” ungkap d’Gold Father dalam videonya.
Analisis Data: Kapan Emas Tembus Rp2 Juta per Gram?
Berdasarkan perhitungan d’Gold Father pada 25 Maret 2025, harga emas dunia saat itu berada di angka 3.023 USD per troy ons, dengan kurs tengah BI Rp16.561.
Harga emas Antam 1 gram pada tanggal yang sama tercatat Rp1.759.000. Setelah dikonversi, harga emas dunia dalam rupiah per gram adalah sekitar Rp1.609.591. Selisih antara harga Antam dan harga emas dunia sekitar Rp150.000 per gram.
Dengan asumsi pola pertumbuhan harga emas dunia rata-rata per bulan (berdasarkan data 6 bulan, 1 tahun, 5 tahun, dan 20 tahun).
d’Gold Father memproyeksikan harga emas dunia akan mencapai Rp1.850.000 per gram batas psikologis agar harga Antam menyentuh Rp2 juta per gram paling cepat pada Juni 2025 dan paling lambat Desember 2025.
“Diperkirakan harga emas dunia akan tembus Rp1.850.000 per gram paling cepat di bulan Juni 2025 dan paling lambat Desember 2025. Jika itu terjadi, harga Antam 1 gram bisa tembus Rp2 juta,” jelasnya.
Cerita di Balik Angka: Faktor Penentu Harga Emas
d’Gold Father menekankan pentingnya memahami faktor-faktor di balik pergerakan angka harga emas, bukan sekadar mengikuti prediksi.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga emas di 2025 antara lain:
1. Kebijakan Presiden AS: Kebijakan Donald Trump (2017–2021) seperti perang dagang AS China terbukti mendorong harga emas naik. Jika kebijakan serupa muncul di masa mendatang, harga emas bisa melonjak.
2. Suku Bunga The Fed: Kenaikan suku bunga cenderung menekan harga emas, sementara penurunan suku bunga mendorong harga emas naik.
3. Situasi Geopolitik dan Perang: Kondisi dunia yang penuh ketegangan, termasuk perang dan konflik, biasanya membuat harga emas naik sebagai aset safe haven.
4. Aksi Bank Sentral Dunia: Banyak bank sentral seperti Cina dan India yang memborong emas, menandakan ada kekhawatiran global yang mendorong permintaan emas fisik.
“Yang jauh lebih penting dari angka-angka itu adalah cerita di baliknya. Dengan memahami faktor-faktor penyebab, kita bisa memprediksi harga emas dengan lebih akurat,” tambah d’Gold Father.
Tips untuk Investor: Fokus pada Strategi, Bukan Sekadar Angka
d’Gold Father mengingatkan agar investor tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memahami risiko fluktuasi harga emas.
Ia menekankan pentingnya konsistensi menambah kepemilikan emas, sembari memperhatikan profil risiko masing-masing.
Baca Juga:
“Emas itu sifatnya fluktuatif, bisa naik bisa turun. Harus siap untung, harus juga siap rugi. Jangan ikut-ikutan, fokus pada profil investasi kita sendiri. Tambah sekeping lagi, One Family One Kilo for Better Indonesia,” tutupnya.(*)